Showing posts with label Resensi. Show all posts
Showing posts with label Resensi. Show all posts

October 27, 2015

Konversi Agama Menjerat Rio Dewanto



Ghazali, demikian Abah (Cok Simbara), memanggil Romy (Rio Dewanto), dalam adegan Film Bait Surau. Film bertema drama religi besutan Kuswara Sastra Permana ini memang sarat pesan spiritual. Bait Surau bercerita tentang perjalanan hidup Rio, pria mapan dan beristri yang datang ke desa nelayan. Selama di desa itu, kisah hidupnya berubah setelah pergolakan batinnya menemukan hakikat spiritual pasca peristiwa pahit yang dialami selama hidup yang bergelimang harta hingga istrinya berpulang menghadap Allah SWT.

Kepada khalayak, film ini berkisah bahwa pengalaman hidup manusia, seperti yang dialami Rio adalah jiwa rasional (insani) yang bila ditilik dalam sudut pandang psikologi agama merupakan daya akal praktis yang memicu manusia untuk memutuskan perbuatan yang layak dilaksanakan atau tidak, di sini jelas bahwa terkandung putusan etis di dalamnya.
Read More …

August 12, 2015

Fikih Mitigasi, Ijtihad Kemanusiaan Muhammadiyah Di Abad Kedua






Judul buku    : Fikih Kebencanaan 
Penulis          : Majelis Tarjih dan Tajdid bersama Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah
Tahun terbit  : Juni, 2015
Penerbit        : Majelis Tarjih dan Tajdid bersama Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah
Halaman       : XXIV + 168 


Bencana dan musibah dalam bahasa agama senantiasa berkaitan dengan takdir Tuhan. Yang dengannya kita diajak untuk introspeksi diri (muhasabah) bahwa semua itu yang menimpa pada diri setiap manusia adalah ujian keimanan. Sedangkan yang lebih merangsang dari itu dan telah digariskan oleh al-Qur’an jika kerusakan bumi yang berbuah bencana dan musibah itu adalah ulah dari tangan manusia itu sendiri. 

Read More …

August 13, 2010

Memodernkan Budaya Jawa



Judul : Muhammadiyah Jawa
Penulis : Ahmad Najib Burhani
Penerbit : Al-Wasat Publishing House, Jakarta
Tahun : Juni, 2010
Tebal : xxii + 203 halaman
Harga : 48.000,-



Never Ending Asia, demikian ungkapan khas kawula muda sekarang tentang Yogyakarta. Di kota Yogyakarta terkenal sebuah kampung yang bernama Kauman, sebuah kampung Raden Ngabehi Muhammad Darwisy (KH. Ahmad Dahlan) dilahirkan dan dibesarkan.

Dari Kauman ini juga organisasi Islam bernama Muhammadiyah tersebar ke seluruh penjuru Indonesia. Sebuah organisasi Islam yang berani menyatakan diri sebagai gerakan puritanisme. Uniknya, meski dikenal sebagai organisasi modern keberadaannya tidak bisa lepas dari kebudayaan Jawa, tutur Burhani dalam buku berjudul Muhammadiyah Jawa. Dalam buku tersebut, ia ingin menggali sikap Muhammadiyah terutama apresiasi dan ketegangannya terhadap budaya Jawa dari 1912 sampai 1930.

Burhani juga menampilkan pandangan-pandangan para orientalis di antaranya Poensen, Geertz, Ricklefts, dan Penders. Lewat kajian pustakanya ia berusaha menalikan pandangan-pandangan orientalis dengan beberapa tokoh yang intens mengkaji Islam dan Jawa seperti Mitsuo Nakamura dan Mark Woodward. Bahasan semakin dalam setelah ia melengkapi kajian pustakanya dengan peneliti Indonesia yang mengkaji Muhammadiyah seperti Alfian, Achmad Jainuri, Alwi Shihab dan Abdul Munir Mulkhan.

Hal ini menjadi poin penting, sebab kejawaan muncul sebagai identitas pada awal abad ke-18. Identitas itu khususnya menjadi respons terhadap orang Eropa yang mulai mencoba menancapkan kekuasaan di Jawa. Pada waktu itu, menurutnya Islam menjadi bagian penting dari identitas budaya Jawa vis-à-vis Kristen yang menjadi bagian signifikan budaya Eropa. Orang-orang Jawa menyebut diri mereka Muslim atau wong selam (hal. 45).

Read More …

April 29, 2010

Kisah Politik Ideologi Kaum Reformis Di Masa Kolonialisme

Judul : Politik Kaum Modernis  
Islamic Modernism in Indonesia Politics: 
The Muhammadiyah Movement During The Dutch Colonial Period (1912-1942)
Penulis : Dr. Alfian
Penerjemah : Machnun Husein
Kata Pengantar : Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, M.A

Tahun Terbit : April, 2010

Penerbit : Al-Wasat Publishing House, Jakarta

Tebal Halaman : xvii + 448 Halaman



Di usianya yang genap satu abad, Muhammadiyah menyisakan pelajaran berharga terutama bagi bangsa Indonesia dan umat muslim khususnya. Sebagaimana diketahui, sejak didirikan KH. Ahmad Dahlan pada bulan November 1912, konsentrasi dan prinsip gerakannya adalah dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Dari situlah, Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi Islam modern di bidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial.

Seperti terungkap dalam isi buku ini, berdasarkan penelitian Alfian, Muhammadiyah pada masa kolonialisme memainkan tiga peranan yang saling terkait yaitu, pertama, sebagai reformis keagamaan, kedua, sebagai pelaku perubahan sosial, dan ketiga, sebagai kekuatan politik. Tiga peranan inilah yang ke depannya nanti membawa perkembangan Muhammadiyah menuju masa-masa formatif (1912-1923), masa-masa percobaan (1924-1933), dan masa-masa kejayaan (1934-1942).

Dari tiga alur pemikiran yang dibangun dalam buku setebal 448 halaman tersebut, pembaca akan terkesima melihat Muhammadiyah dalam politik Indonesia dibalik kekuatan besarnya menyambut modernisme Islam. Namun yang paling menarik perhatian, para pengkaji politik Indonesia mengetahui bagaimana cara pengelolaan Muhammadiyah untuk meraih tempat yang penting semacam itu. Dalam satu hal, tampaknya Muhammadiyah menampilkan suatu gejala yang unik dalam politik Indonesia; katakanlah walaupun dengan karakter non politiknya yang nyata sebagai gerakan sosio-relijius, Muhammadiyah tampaknya tidak mampu menghindar untuk terlibat dalam politik (hal. 4).

Read More …

January 16, 2010

Resensi Buku


Membudayakan Islam Jalan Mengikis Aborsi Kemanusiaan

Oleh: Nazhori Author

Judul : Inkulturasi Islam, Menyemai Persaudaraan, Keadilan,dan Emansipasi Kemanusiaan
Penulis : Abdul Mu’ti
Kata Pengantar : Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, M.A
Tahun Terbit : September, 2009
Penerbit : Al-Wasat Publishing House, Jakarta
Tebal Halaman : xxvi + 200 Halaman





Islam sebagai suatu ajaran universal dapat diartikan sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang mengajarkan bagaimana membina persaudaraan, menjunjung tinggi keadilan, dan menghormati harkat, martabat serta kemanusiaan. Islam juga memotret problematika kaum muslim yang disertai dengan jalan keluarnya secara rinci dalam Al-Qur’an dan Sabda Rasulullah.

Pertanyaannya apakah dengan ajaran Islam yang universal tersebut semua persoalan manusia tuntas diselesaikan sementara manusia dengan sifat, karakter dan tabiatnya adalah makhluk yang tidak pernah puas, alpa serta masih banyak lagi perangai buruk dan baiknya. Hal ini bisa dilihat dari beberapa peristiwa baik di Indonesia maupun skala global yang menerangkan bahwa persoalan persaudaraan, keadilan, dan kemanusiaan perlahan-lahan mulai pudar.

Mengapa bisa demikian? Saudara Abdul Mu’ti dalam buku barunya yang berjudul Inkulturasi Islam: Menyemai Persaudaraan, Keadilan, dan Emansipasi Kemanusiaan menjawab karena manusia telah mengaborsi kemanusiaannya. Tidak heran jika kekerasan, kejahatan dan penistaan terus muncul dengan wajah-wajah baru. Atas nama agama, politik, ekonomi dan sebagainya manusia dengan sendirinya telah menjatuhkan kewibawaannya.

Lantas di mana peran pemimpin, ulama, pemuka agama, dan generasi muda saat menghadapi tantangan tersebut. Mereka dan masyarakat semua ada dalam posisinya masing-masing hanya saja terlena dalam ritual keagamaannya dan kehilangan semangat untuk membudayakan iman dan amalnya untuk kemanusiaan.

Melihat kondisi ini, saudara Mu’ti mengulasnya dengan lugas dan tanpa sungkan memberikan contoh yang mudah dimengerti misalnya mengapa indikasi korupsi di lembaga-lembaga berpelat merah kian tumbuh subur karena mental sumber daya manusianya bermental klepto. Hebatnya lagi para kleptomanianya adalah para politisi, pejabat tinggi di pusat dan daerah, pengusaha dan intelektual yang sangat memahami hukum, memiliki kekuatan politik, ekonomi dan jaringan yang sangat kuat. Situasi Indonesia sekarang ini mirip dengan negara Zaire masa pemerintahan Mobutu. Sebuah negeri yang hidup dalam system kleptokrasi. Sebuah negeri yang sistem pemerintahan dan budaya masyarakatnya dikuasai oleh para kleptomaniac.

Topik lain yang disorot aktivis muda Muhammadiyah ini salah satunya soal kemiskinan. Khususnya yang terkait dengan fakir-miskin, yatim-piatu, tua-renta dan sebagainya yang dalam Islam disebut dengan dhu’afa fenomenanya semakin hari semakin “menakjubkan”. Menurut analisanya fenomena itu telah dikelola secara profesional oleh para pialang kebajikan. Di bawah bendera dhuafa enterprise para profesional merekrut sales yang telah dididik menjadi dhuafa’ entrepreneur untuk memburu para kaum derma (aghniya).

Ibarat gayung bersambut sebagai dermawan hatinya merasa senang karena tidak perlu khawatir untuk mencari pahala dan berkah karena datang dengan sendirinya. Di kota-kota besar jaringan sales tersebut tumbuh subur di tempat-tempat strategis yang semakin menambah pengalamannya. Tidak kalah menariknya dengan kejadian atau bencana yang belakangan terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

Seperti banjir, gempa bumi, longsor, puting beliung, dan kebakaran berubah menjadi tontonan menarik. Layaknya hiburan semua dikemas sebagai bencanatainment. Dilengkapi dengan tenaga penjual bencana yang siap disebarkan ke masyarakat sebagai penonton bencana. Munculnya para penjual dan penonton bencana merupakan fenomena kerusakan moral dan melemahnya bangunan sosial. Para ahli Psikologi Sosial menyebut perilaku sosial negatif tersebut bystander apathy. Sikap masa bodoh, cuek, tidak peduli kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan.

Informasi lain yang lebih menarik dari buku ini, penulisnya dengan cerdik mendudukkan persoalan fikih nikah dengan politik. Kawin sirri misalnya. Menurut Mu’ti secara historis-antropologis, akar tradisi kawin sirri dapat ditarik dari tradisi-tradisi poligami yang berkembang dalam masyarakat feodalistik. Laki-laki lebih unggul dari wanita. Kalkulasi kehormatan dan prestasi menjadi daya tarik tersendiri bagi pelakunya.

Karena sifatnya yang rahasia dan tersembunyi kawin sirri hanya memanfaatkan agama sebagai kedok belaka. Hal inilah yang sering disalahgunakan para penikmatnya untuk melegalkan aksinya. Mengingat secara hukum antara agama dan negara terjadi dikotomi secara politis. Meskipun praktik dan motivasinya berbeda kawin sirri tetap dikatakan sebagai bahaya laten. Sebab pernikahan tidak boleh dilakukan secara sembunyi-sembunyi berdasarkan akad-nya. Jika tetap dilakukan dikhawatirkan, kelak istri dan keturunannya akan dirugikan.

Masih dalam persoalan fikih, topik segar disuguhkan penulisnya dengan mengangkat tema puasa generasi pop. Remaja adalah sosok yang menarik dan hangat diperbincangkan. Oleh karena itu, mengikuti tren remaja masa kini semakin memikat ide untuk mengupasnya. Apalagi dengan gaya rambut dan busana yang funky bukan berarti mereka lupa beribadah. Banyak artis remaja ngetop dengan gayanya yang metroseksual saat bulan ramadhan datang tetap berpuasa. Kenyataan ini layak diapresiasi karena nilai-nilai keagamaannya tidak tercerabut dari budaya pop sebagai dampak dari modernisasi. Maka remaja-remaja gaul lainnya yang bukan artis mengapa tidak meniru sikap positif mereka.

Alasannya menurut Mu’ti, generasi pop lahir dari rahim globalisasi, setelah melalui proses perkawinan yang kompleks antara berbagai kebudayaan, nilai-nilai tradisional, dan agama. Kecanggihan teknologi komunikasi memungkinkan generasi muda mengakses informasi dari berbagai sumber, dan melakukan pergaulan bebas antarbudaya melalui berbagai media maya seperti internet, televisi, film, ponsel, dan sejenisnya. Maka makna puasa bagi para remaja untuk meminimalisir rasa tersinggung dan amarah yang kian membuncah. Di samping itu, remaja adalah sosok yang banyak aktivitas kreatif yang perlu dilandasi oleh bekal agama.

Bicara tentang politik tentu saja tidak ditinggalkan begitu saja perkembangannya. Mu’ti juga mengupas peran strategis partai politik Islam yang menurut dia masih punya kesempatan untuk dipertemukan kembali. Artinya dipersatukan visi dan misi politiknya dalam ikatan persaudaraan politik. Meski terkotak-kotak silaturahim politik berpeluang terjadi dengan alami. Lebih jauh lagi, jika dihadapkan pada isu-isu politik yang menyentuh jalan hidup umat Islam. Seperti persoalan Palestina atau Timur Tengah pada umumnya. Tidak terkecuali dengan persoalan agama di dalam negeri yang memang berakhir rumit jalan keluarnya. Kemudian bagaimana sikap politik Islam terhadap Barat setelah Obama datang dan didaulat menjadi presiden. Umat Islam malah berharap Obama dengan segera mengeluarkan kebijakan yang lebih humanis di mata dunia setelah presiden sebelumnya memutuskan setiap kebijakan politiknya dengan standar ganda.

Masih banyak topik lain yang tidak dapat diuraikan lebih panjang. Intinya, buku beraroma segar ini mengajak pembaca untuk merenung dan menilai kembali substansi Islam yang sesungguhnya. Sebagai agama yang diyakini umat Islam dalam mengarungi perubahan jaman tanpa menafikan agama lain dengan penuh toleran, adil dan menghormati emansipasi kemanusiaan.
Read More …

August 5, 2009

Sinopsis Buku



Kristen Muhammadiyah: Konvergensi Muslim dan Kristen Dalam Pendidikan
Penulis : Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ul Haq
Kata Pengantar : Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A
Tahun Terbit : Juli, 2009
Penerbit : Al-Wasat Publishing House, Jakarta
Tebal Halaman : xxviii + 270 Halaman
Harga : @ Rp 47.500,-

Kristen dan Muhammadiyah ibarat dua kutub yang berseberangan. Secara teologis pun bersumber dari landasan berbeda. Kristen adalah salah satu agama yang banyak dianut umat manusia di seluruh dunia. Sedangkan, Muhammadiyah lebih dikenal sebagai ormas keagamaan Islam dengan wajah pembaruannya yang lahir di Indonesia sejak 1912.

Krismuha (Kristen-Muhammadiyah) adalah istilah baru yang lahir tidak hanya dari konvergensi teologis dan sosiologis. Lebih dari itu, istilah Krismuha juga muncul melalui jalan konvergensi pedagogis (baca: pendidikan) di tengah semak belukar keragaman suku, adat, ras, dan agama di Indonesia.

...... Karya yang kini ditangan pembaca ini berhasil memperkuat optimisme kita akan masa depan kehidupan pluralisme keagamaan di tanah air di tengah gejala fundamentalisasi agama yang merambah institusi pendidikan (Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Read More …

July 25, 2009

Sisi Kemuhammadiyahan Soekarno



Judul : Soekarno dan Muhammadiyah
Editor : Faozan Amar
Penerbit :
Al-Wasath Publishing House, Jakarta
Tebal :
XX + 90 halaman
Terbit : Juni, 2009



Salah satu pemimpin dan pemikir kenegaraan terbesar di Asia di antaranya adalah Soekarno. Dengan gegap gempita menentang penjajahan dan penindasan manusia. Demikian sikap kepemimpinan Soekarno ketika memimpin Bangsa Indonesia sebagai Presiden RI pertama. Soekarno tidak hanya dikenal sebagai negarawan. Sebutan, orator, ideolog, intelektual, politisi juga disematkan kepada jati dirinya.

Inilah tokoh fenomenal yang dimiliki bangsa Indonesia. Di samping itu, gagasan Nasakom yang diproklamasikannya menuai kontroversi di jamannya. Di sisi lain, Soekarno dipuji, dihormati bahkan dicaci orang yang tidak setuju dengan gagasannya. Soekarno tetap Soekarno bukan yang lain. Ada sisi lain yang perlu diketahui masyarakat Indonesia yaitu pemikirannya tentang Islam dan Muhammadiyah.

Sudah banyak karya yang ditulis tentang Soekarno. Namun, tulisan tentang Soekarno dan Muhammadiyah yang diulas buku ini dari berbagai sumber layak untuk disimak, dibaca dan didiskusikan. Buku kecil setebal 90 halaman ini memberikan informasi kepada pembaca yaitu bagaimana kiprah Soekarno dalam tubuh organsasi Islam yang bernama Muhammadiyah.
Read More …

July 1, 2009

Resensi Buku


Memaknai Pendidikan dengan Ilmu Pedagogi


Oleh: Nazhori Author


Judul : Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan
Penulis : Arif Rohman
Terbit : Januari, 2009
Penerbit : Laksbang Mediatama, Yogyakarta
Tebal Halaman : xix + 288



Pendidikan dalam pengertiannya yang sederhana adalah bangunan konsep penyampaian ilmu pengatahuan dari pendidik kepada peserta didik. Oleh karena itu, dalam konteksnya yang klasikal pendidikan sangat bertumpu pada peran sekolah. Dengan demikian paras pembelajaran yang dilakukan selama ini di sekolah terkesan hanya berkutat pada proses belajar mengajar yang menjalankan silabus atau kurikulum.

Pendidikan dalam era yang terus berubah sekarang ini tidak berdiri sendiri. Pendidikan memerlukan displin ilmu lain untuk mendapatkan makna pendidikan sesungguhnya. Globalisasi yang mengusung persaingan ketat tanpa belas kasihan merupakan tantangan tersendiri bagi pendidikan. Dimana kemajuan teknologi dan informasi semakin membuat jarak kehidupan yang jauh menjadi dekat dalam kehidupan manusia.

Secara pedagogis dalam era globalisasi, pendidikan dituntut untuk meningkatkan kualitasnya dengan maksud dapat diukur indikatornya berdasarkan komponen-komponen yang telah disiapkan. Sebagaimana diketahui Departemen Pendidikan Nasional RI beserta jajarannya telah berusaha mewujudkan peningkatan mutu melalui program dan kebijakan strategisnya. Di antaranya adalah Badan Standar Nasional Pendidikan, perbaikan manajamen berbasis sekolah, ujian akhir nasional, sertifikasi guru, sampai dengan peningkatan anggaran meskipun belum mencapai 20 persen.

Semua itu, diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Departemen Pendidikan Nasional menerapkan kebijakan strategis dalam rangka peningkatan mutu pendidikan yang tercantum dalam rencana strategisnya dari tahun 2005-2009. Dan, berdasarkan survey maupun penelitian, upaya-upaya perbaikan tersebut belum menunjukkan potret pendidikan yang memihak masyarakat.

Untuk itu, saudara Arif Rohman sebagai penulis buku Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan memberikan ulasannya dengan menempatkan pendidikan sebagai fondasi utama menuju masyarakat dan bangsa yang unggul. Seperti dikatakan penulis buku ini bahwa fondasi pendidikan adalah sesuatu yang memberikan dasar atau landasan terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan yang dilakukan masyarakat.


Adapun wujud dari fondasi pendidikan itu menurutnya meliputi aspek-aspek kehidupan masyarakat yaitu sosial, ekonomi, budaya, ideologi, politik, hukum keamanan dan iptek. Sehingga kedudukan dan perannya dapat memberikan arah, modal serta rambu-rambu dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Dalam perspektif filsafat pendidikan diharapkan aktivitas pendidikan dengan fondasi utamanya dapat menciptakan dan menumbuhkan kesadaran budaya yang transformatif.

Dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya pendidikan sangat bergantung pada tiga aspek ini. Tatanan sosial dan ekonomi merupakan bagian dari upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat. Tentunya harus didukung oleh budaya masyarakat yang mampu menjadikan pendidikan sebagai cita-cita sosialnya. Pendidikan harus berani melumpuhkan budaya yang tidak sehat seperti korupsi, diskriminasi, kekerasan, penindasan dan sebagainya yang membuat idealisme pendidikan tidak berkutik.

Di sisi lain, politik dan hukum di negera Indonesia merupakan ranah yang seringkali disorot keberadaannya. Sebagaimana diketahui dua aspek ini sangat mempengaruhi arah dan keputusan-keputusan pendidikan. Misalnya, masih ingat dalam ingatan kita beberapa kasus korupsi dan politik yang menyeret para wakil rakyat ke meja hijau belakangan ini tentu saja sangat mempengaruhi pendidikan politik masyarakat.

Tidak jauh berbeda dengan persoalan hukum, tidak jarang aparat hukum kita turut terlibat dalam beberapa kasus pelik yang justeru mencoreng lembaga hukum itu sendiri. Maka, melalui buku ini penulisnya juga menawarkan gagasan pedagogisnya dengan pendidikan berbasis hukum dan politik. Karena dengan pendidikan ahli-ahli hukum dan politisi yang handal dapat dihasilkan.

Tidak kalah pentingnya, saudara Arif Rohman juga memaparkan fondasi ilmiah sebagai fondasi utama pendidikan. Bagaimana pendekatan filosofis melihat praktik pendidikan saat ini. Pendidikan tidak hanya bicara soal metodologis yang sempit. Secara filosofis penulisnya mengajak pembaca untuk menyelami lebih jauh mekanisme logik kerja suatu sistem dalam lapangan pendidikan tanpa meninggalkan tujuan pendidikan sebagai gagasan kemanusiaan.

Berbicara pendidikan tanpa mengkaji peran peserta didik ibarat sayur tanpa garam. Inilah informasi bergizi buku ini ketika mengulas peserta didik selaku persona kreatif. Menurut Arif Rohman peserta didik adalah subjek perubahan sosial. Oleh karena itu, dalam fitrahnya sebagai manusia peserta didik memiliki dimensi individualitas, sosialitas, religiusitas, historisitas dan moralitas.

Membincang peserta didik mengikuti konsep Paulo Freire tidak lain membedah semua fitrah dan perkembangan anak manusia tatkala mereka berintegrasi dengan lingkungannya. Dan, bagaimana proses reproduksi kulturalnya berlangsung dalam masyarakat sesuai dengan tata nilai dan norma-norma yang mereka miliki untuk menggapai kesadaran kritisnya.

Sedangkan pendidik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan, demikian penulisnya mengungkapkan. Oleh karena itu, antara pendidik dan peserta didik dalam konteks pedagogis sejatinya duduk bersama untuk memecah persoalan bersama dalam proses pendidikan.

Teori perkembangan dalam buku ini menjadi rujukan teori yang menarik karena untuk mengetahui tingkat perkembangan peserta didik oleh guru. Media pendidikan pun disajikan dalam proses pembelajaran untuk menyajikan pembelajaran yang konstruktif dan interaktif. Atas dasar itulah, penulisnya tetap mempertimbangkan lingkungan pendidikan seperti keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai bagian yang tidak terpisahkan.

Tidak kalah menariknya, Arif Rohman juga mengkaji tentang munculnya problem pendidikan sebagai gejala dari perubahan sosial budaya yang semakin cepat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan struktur pemeritahan dari sentralisasi menuju desentralisasi, pergeseran nilai, dan pengaruh globalisasi. Dengan demikian pembaharuan sistem pendidikan nasional mendesak dikumandangkan. Salah satunya adalah pemerataan akan akses pendidikan bagi setiap warga negara tanpa melihat latar belakangnya. Selain itu, relevansi pendidikan dengan ciri khas keindonesiaan lugas digambarkan untuk pembaharuan sistem pendidikan nasional.

Dalam aneka pembaharuan pendidikan penulisnya dengan kritis mengulas masa depan keberlangsungan pengajaran alam, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, pengajaran proyek, SMP Terbuka dan Universitas Terbuka, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dan klinik pembelajaran sebagai istilah pedagogis yang perlu diketahui masyarakat dan insan pendidikan.

Berkaca dari buku ini, ke arah mana masa depan pendidikan Indonesia dibawa adalah tanggung jawab kita bersama. Sayang penulis buku ini tidak mengulas konsep sekolah berstandar internasional. Padahal, di tengah gencarnya pemerintah mengkampanyekan wajib belajar masih ada ketimpangan dalam pemerataan pendidikan baik di sekolah swasta, negeri, dan sekolah berstandar lainnya. Luput dari perhatian penulisnya yang tidak menampilkan kajiannya tentang perguruan tinggi negeri yang sekarang ini telah berubah menjadi badan hukum milik negara.

Bagaimana pun kekurangan isi buku ini tetap layak dibaca dan dibedah oleh guru, mahasiswa, dosen, para pihak yang bercimpung dalam dunia pendidikan serta masyarakat pada umumnya. Selamat membaca.
Read More …

June 21, 2009

Info Buku Baru Al-Wasath Publishing House


Info Buku Baru Al-Wasath Publishing House

Read More …